Program Revolusi Desa (PRD) di Pertanian, Infrastruktur, Suprastruktur dan Digitalisasi.
Penulis: Ahmad Muslimin,S.E.
LAMPUNG – Blbnewstv.com | Ketua Dewan Pengurus Wilayah Lembaga Perlindungan Konsumen Suadaya Masyarakat Gema Masyarakat Lokal (DPW LPKSM GML) Provinsi Lampung, (Selasa, 10 Oktober 2023).
Pertanian, infrastruktur dan suprastruktur merupakan Sosial budaya Industri tertua di dunia dan selalu berhadapan dengan aneka perubahan.
Pertanian berkaitan dengan keberlangsungan hidup nusabangsa, infrastruktur erat dengan penopang kebutuhan kehidupan nusabangsa dan suprastruktur yang mengatur hidup dan kehidupan nusabangsa dalam wujud kepemerintahan.
Sedangkan Digitalisasi sebuah sosial budaya yang lahir pada Oktober 1960 berupa advanced Research Project Agency Network (ARPANET) yang di buat oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk kepentingan militer dan kesehatan, yang resmi di kenalkan pada Oktober 1972 ke publik dunia untuk kepentingan Militer Network (MILNET) dan Non militer, yang juga terus alami perubahan sampai dengan rakyat dunia kenal interconnected Network (INTERNET) yakni sekumpulan komputer yang saling terhubung pada jaringan komputer di seluruh dunia.
Hal tersebut berkat adanya teknologi protokol standar komunikasi internasional yang di sebut dengan nama Transmission Control Orotokol atau Internet Protokol (TCP/IP).
Dan sampai dengan rakyat dunia mengenal Internet of thing (IoT), yang secara keseluruhan kita mengenalinya sebagai Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).
Sehingga TIK di awal tahun 1990 dan di era globalisasi memaksa tiap individu bangsa dan negara menguatkan penguasaan TIK yang tak bisa di tawar lagi.
Bahkan pada praktek pendulangan suara secara digitalisasi dalam perhelatan pesta demokrasi makin masif di gunakan untuk pemenangan. Sehingga terjadilah revolusi industri 4.0. Dengan tiap bangsa membuat flatform digital di negaranya sendiri sehingga kita mengenal adanya era digitalisasi.
Dansaat ini beberapa negara di bumi telah menuju Revolusi industri 5.0 dan 6.0, pada era digitalisasi setiap proses kerja menjadi lebih efisien melalui otomatisasi dan komputerisasi yang di padukan dengan teknologi lain.
Kemudian dalam pembangunan; pertanian, infrastruktur dan suprastruktur juga telah kolaborasi dengan
Internet of Things, Artificial Intelligent, Big Data maupun Robotic dalam menghadapi persaingan global yang menuntut adanya; Prima excellent, kecepatan, Kemudahan, Akurasi dan one stop service.
Jika kita melihat Negara Republik Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam dan manusianya yang melimpah. sejatinya mampu menjadi negara yang unggul dalam pertarungan revolusi industri 4.0 global Di era digitalisasi.
Tapi hingga kini kemampuan penguasaan teknologi kita masih terkategori tertinggal di banding dengan negara – negara di benua asia. Bahkan Kapasitas IPTEK kita masih berada di kelas-3 dan kelas-2, dimana lebih dari 70% kebutuhan teknologinya berasal dari import.
Selain itu, kecepatan koneksi internet kita juga masih kalah dibanding negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, Brunei dan Filipina.
Bahkan per bulan juli 2023 kecepatan mobile internet atau internet seluler kita menempati peringkat 96 dari 143 negara. Yakni kecepatan download rata-rata internet seluler 24,21Mbps. Adapun kecepatan upload rata-rata internet 13,13Mbps, dengan latensi rata-rata 27 Mili detik(Ms).
Dengan pembanding angka median kecepatan download internet mobile di dunia 42,35Mbps, dan kecepatan fixed internet atau fixed boarband atau WIFI juga masih rendah di peringkat 122 dari 182 negara, yakni kecepatan download rata-rata internet kabel 27,11Mbps. Adapun kecepatan upload rata-rata 14,69Mbps, dengan latensi 7Ms.
Dengan pembanding angka angka median internet kabel global kecepatannya 82,56Mbps.
Lebih miris lagi, penilaian terhadap daya saing digital dalam meningkatkan ekonomi dan efisiensi di berbagai bidang pada tahun 2018, Indonesia berada diurutan ke-62 dari 63 negara, dari hasil rilis Institute for Management Development (IMD) Swiss dalam penilaian Wordl Digital Competitiveness Ranking di tahun 2018. Namun demikian negara Republik Indonesia pada rilis wordl competitiveness tahun 2022 naik signifikan di rangking 44 dan dan tahun 2023 rangking 34 dari 64 negara berdasarkan penilaian Lembaga Manajemen FEB UI dan IMD Swiss..
Dan pada tingkat Asia Pasifik, negara Republik Indonesia berada di rangking 10 dari 14 negara. Di atas negara; jepang, India dan Filipina.
Dengan adanya Kondisi tersebut di atas maka penting adanya Program Revolusi Desa (PRD) di pembangunan Pertanian, infrastruktur, suprastruktur dan Digitalisasi agar negara Republik Indonesia tidak berada pada kategori “Nascent Countries” atau “negara yang baru melek” di era globalisasi.
PRD di Pertanian, infrastruktur, suprastruktur dan Digitalisasi untuk memperkuat Langkah Pemerintah saat ini yang telah membuat peta jalan “Making Indonesia 4.0” mengimplementasikan strategi revolusi industri 4.0 di Indonesia, dengan penetrasi kuat di desa/kelurahan untuk sempurnakan pembangunan digilisasi.
adapun Program Revolusi Desa dalam pembangunan Pertanian, infrastruktur, suprastruktur dan Digitalisasi adalah, sebagai berikut:
1. Membangun kedaulatan digital dari hulu s/d hilir pada multi sektor.
2. Flatform digital dalam negeri jadi panglima produk dan jasa teknologi informasi komunikasi, sebagai komoditas berkemampuan meningkatkan pendapatan; individu rakyat, Aneka dunia usaha, Desa, daerah, negara dalam bentuk pajak dan devisa hasil ekspor barang, jasa & produk industri telematika, Untuk kebangkitan kedaulatan ekonomi.
3. Digitalisasi sebagai instrumen untuk optimalisasi aneka pembangunan dan peningkatan produktivitas hasil pertanian Menuju kedaulatan; pangan, energi dan sosial budaya.
4. Teknologi informasi komunikasi jadi perekat persatuan nasional dengan mengembangkan sistem informasi komunikasi yang menghubungkan semua institusi dan semua area wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Pulau Miangas dan Pulau Rote.
5. Memperkuat jaringan internet dan edukasi digital serta penerapan teknologi internet of thing, Artificial Intelejen dan big data yang terhubung dengan teknologi lain. baik untuk kebutuhan pokok, hajat hidup orang banyak ataupun umum, termasuk untuk kebutuhan khusus militer.
Dengan demikian Indonesia akan meningkat pertumbuhan di semua sektor.
Dan pada situs pertanian rakyat dapat membaca dan melihat tentang; prakiraan cuaca dan perubahan iklim, harga bibit tanaman dan aneka kebutuhan pertanian lainnya, harga komoditas di pasar lokal dan ekspor, jasa keuangan dan industri, transaksi E-commerce dan live stock management, cara olah tanah dan membuat pupuk organik, citra satelit dan bioteknologi, teknologi tepat guna dan global positioning system, pengunaan field monitoring system untuk sawah dan smart greenhouse, serta warta umum dan khusus lainnya.
Sehingga pemanfaatan teknologi informasi komunikasi di bidang pertanian mampu memaksimalkan produk atau hasil pertanian dan pengunaan sumber daya secara efektif serta sejak dini dapat mengendalikan Hama dan penyakit secara mudah dan efisien.
Sebab sensor yang di miliki IoT pada sektor pertanian mampu mendekteksi; kesuburan tanah, serangan Hama dan penyakit.
Dan wireless yang ada pada IoT dapat mendeteksi cuaca dan iklim. Maka teknologi IoT mampu melakukan penjadwalan otomatisasi penyiraman, pemupukan, penyemprotan pestisida, pemberian pakan ternak, pendistribusian debit air irigasi, aktivasi cahaya pengendalian hama dan penyakit, pencegahan penjara hasil panen, memberikan data secara real time, dll dengan berbagai kekuatan IoT yang dapat menjadi potensi, solusi dan pertanian presisi yang sangat besar untuk mendukung dan membantu petani dalam menopang Indonesia maju berkelanjutan.
Dirgahayu bulan internet internasional.
Editor: ( Yoni )